KBM EFEKTIF

Ikon

bLOG TENTANG BELAJAR DAN MEMBANTU ORANG LAIN BELAJAR

Bisa Membaca di Hari Pertama Bersekolah


membacacepat_0Siswa bisa membaca pada KBM pertamanya di sekolah, apakah bisa? Mari kita simak pengalaman Sharon S Lancaster ketika dia memulai KBM nya di hari pertama siswa-siswa bersekolah. Mudah-mudahan pengalamannya dapat memberikan inspirasi kepada siapapun yang membutuhkan metode yang efektif dalam melakukan KBM membaca, sekaligus menjadikan siswa-siswanya ahli dalam membaca.

Sebelum memulai hari pertama sekolah Sharon S Lancaster, seperti  juga – mungkin, guru lainnya di Amerika, mengadakan pertemuan dengan para orang tua bersama anaknya.  Satu anak laki-laki berdiri di dekat computer, sambil memandangi ruangan kelas, tapi tidak yakin nampaknya apa yang ingin ia perhatikan.  SSharon mendekati anak tersebut dan bertanya apa yang dia suka dan ingin pelajari di sekolah.  Anak itu menjawab dengan matanya yang terbuka lebar memandang pada Sharon dan berbisik, “Aku tidak bisa membaca.  Aku ingin belajar membaca.”  Kemudian Sharon berjanji pada anak itu, “Saya menjamin kamu akan bisa membaca pada hari pertama kamu sekolah.”

Hari pertama Sharon mengajar, dia mulai dengan mengkondisikan siswanya. “Anak-anak ibu telah berjanji pada salah satu dari kalian bahwa ibu dapat membuat kalian bisa membaca pada hari pertama ini.” Sharon tahu ia harus mengajak semua siswa untuk siap belajar membaca.

Kemudian ia mengambil beberapa sepidol whiteboard dengan berbagai warna, dan Sharon memulainya dengan menulis di papan tulis dengan warna merah tulisan “merah”.  Lalu membalik dan bertanya pada siswanya.

“Menurut kalian, apa ya yang ibu tulis?”

Seorang anak laki-laki mengacungkan tangannya.

“Merah?”

“Tepat sekali! Sini cas dulu.”

Setelah itu Sharon menuliskan kata lain di papan tulis: kuning, hijau, biru, orange, hitam, coklat.

Ketika akan menulis kata “putih”, Sharon menjelaskan dulu, “ Anak-anak sekarang ibu akan menuliskan warna ini dengan warna kebalikannya.” Dan anak menjawab .”Putih!”

Tak lama kemudian seorang curriculum specialist datang ke kelas, dan Sharon mengatakan bahwa siswa-siswanya dapat membaca.  Spesialis itu menikuti permainan Sharon dan berkata, “O ya, coba buktikan!”

Lalu siswa-siswa itu mulai membaca kata-kata yang ditunjuk Sharon.

“Wow, ibu tidak menyangka kalian sudah dapat membaca! Ibu senang sekali mempunyai siswa-siswa yang pintar-pintar di sini.”

Sharon dan spesialis yang saya ceritakan bukan hendak mempermainkan anak-anak atau orang tuanya.  Hari pertama sekolah adalah hari yang menentukan proses KBM selanjutnya.  Pada KBM pertama ini Sharon menanamkan keyakinan pada setiap siswanya, bahwa mereka pintar, dan mereka dapat membaca.  Pengalaman Sharon menunjukkan bahwa siswanya berubah setelah ia melakukan ritual di atas.  Orang tua mengabarkan bahwa anak-anaknya tiba-tiba menjadi sangat gemar membaca setalah masuk kelasnya Ibu Sharon.

Di akhir tulisannya Sharon mengatakan, “Bagian yang paling berkesan (membahagiakan) dalam mengajar anak kelas satu adalah mendapati siswa yang keluar kelasnya mereka dapat membaca, dan mereka bisa mempelajari suatu keterampilan dengannya, yang tak mungkin bisa diambil oleh orang lain.”

Kisah lainnya dapat dibaca dalam buku Best Practices for Teaching Reading,  Randi Stone, Corwin Press, 2009.

Filed under: SD Kela 1-3, , , ,

Pembelajaran Bagi Asperger


AspergerAnak-anak dengan Aspergers membutuhkan hal-hal tertentu untuk menerima pendidikan Aspergers yang tepat . Perilaku mereka sulit untuk dipahami oleh beberapa orang tua , tetapi setelah mereka mendapatkan pemahaman yang lebih baik dari anak-anak dengan Aspergers , mereka dapat mulai untuk membantu anak-anak mereka dengan cara yang mereka butuhkanuan . Berikut adalah beberapa saran yang dapat membantu orang tua membantu siswa mereka yang Aspergers .

Jangan berharap kontak mata . Kurangnya kontak mata tidak ada hubungannya dengan tidak hormat , tetapi masih banyak yang dapt dilakukan untuk anak-anak Asperger. Gunakan pertanyaan-pertanyaan menyelidik untuk memastikan mereka mengerti apa yang diharapkan dari mereka daripada menggunakan kontak mata sebagai indikator dalam pendidikan Asperger.

Setiap anak berbeda dari orang lain . Orang tua harus meluangkan waktu untuk mengenal anak-anak mereka dengan Aspergers sehingga mereka memahami bagaimana mereka berpikir dan beroperasi. Jangan menempatkan mereka dengan anak-anak dalam kategori lain atau kegagalan pendidikan akan terjadi .

Gunakan isyarat visual ketika keadaan memungkinkan . Anak-anak dengan Asperger biasanya pelajar visual dan mereka bergantung pada isyarat ini dalam pendidikan Aspergers mereka. Mereka memiliki kesulitan dalam memproses bahasa lisan, isyarat visual adalah bantuan yang luar biasa .

Jangan meminta mereka untuk menunjukkan karya mereka pada berbagai masalah matematika . Anak-anak dengan Asperger memiliki kemampuan untuk menjawab dengan memproses informasi dalam kepala mereka . Mereka bahkan mungkin tidak mengerti mengapa Anda ingin mereka untuk menunjukkan pekerjaan mereka . Solusi yang lebih baik adalah meminta mereka untuk menjelaskan proses untuk Anda . Jangan buang waktu mencoba agar mereka melakukan sesuatu yang akan menghasilkan sebuah argumen yang tidak perlu dan tidak lebih.

Orang tua harus sering memberikan waktu untuk istirahat . Anak-anak dengan Aspergers mungkin perlu istirahat sebagai bagian dari pendidikan Aspergers mereka. Kadang-kadang mereka memiliki masalah dengan fokus pada tugas-tugas sehingga membolehkan istirahat ketika mereka membutuhkannya adalah bantuan yang luar biasa .

Selalu mencoba untuk meminimalkan gangguan sensorik sebanyak mungkin . Jam berdetik , menekan pena , kertas berjatuhan , dan hal-hal lain dapat menjadi gangguan besar bagi anak-anak dengan Aspergers . Tidak mungkin untuk mengontrol semua gangguan sensorik , tetapi ketika keadaan memungkinkan , minimalkan gangguan tersebut .

Gunakan IEP sebagai model untuk Pendidikan Aspergers mereka. Ini adalah rencana individual mereka untuk keberhasilan pendidikan sehingga orang tua harus mengambil keuntungan dari menggunakan IEP .

Minimalkan perubahan sebanyak mungkin . Biarkan beberapa waktu transisi sebelum meminta anak untuk melakukan sesuatu yang keluar dari rutinitas normal mereka . Orang tua harus selalu merencanakan perubahan jauh-jauh sebelumnya.

Orang tua dapat membantu anak-anak mereka menerima pendidikan Aspergers tepat dengan menggunakan beberapa strategi sederhana untuk memastikan keberhasilan anak-anak mereka . Jika ragu, lihat IEP atau berbicara dengan anggota staf pendidikan khusus untuk bimbingan .

Filed under: Uncategorized, , ,

KBM Belajar Nilai Tempat


Masih ingat cerita Si Adun, yang saya ceritakan dalam tulisan saya Belajar Nilai Tempat.  Saat ini saya sajikan contoh KBM-nya. Mudah-mudahan membantu.  Dan jika ada yang mau memberi masukan, silakan komen. Adun di sini berganti nama jadi Murad, biar agak nyambung dengan dunia anak saat ini.

Tujuan:

mengenalkan anak pada sistem hitung ‘desimal’, sepuluhan. Anak belum diajak untuk menggunakan bilangan dulu.  Skenario ini untuk siswa kelas 1, dengan pendekatan tematik.  Skenario ini hanya penggalan dari rangkaian KBM Tematik, sehari.

Minta anak untuk berkumpul.  Bisa dengan duduk lesehan.  Guru bercerita tentang Murad yang memiliki gembalaan yaitu domba.  Pada jaman dahulu belum ada angka, orang hanya menghitung sampai dua atau tiga.

Murad memiliki banyak domba.  Bagaimana cara menghitungnya ya?

Perlihatkan gambar domba sejumlah 15.  Ini anak-anak dombanya ada yang bisa menghitung berapa jumlah domba yang Murad miliki? Beri waktu bagi anak untuk menjawabnya.

 

Pada jaman Murad ini, ia belum belajar cara menghitung.  Tapi kalau tidak dihitung, ia tidak tahu apakah domba yang digembalakannya kembali ke kandang dengan jumlah yang lengkap.  Tidak ada yang hilang.

 

Murad punya akal.  Ia menggunakan jarinya.

Satu jari untuk satu domba.  Dia hitung dengan menggunakan jarinya. JABN Tunjukkan kepada anak dengan mempraktekkannya.  Sudah semua jari terangkat  NN Murad bingung gak ada jari lagi yang akan mewakili dombanya, padahal dombanya masih ada.

Aha! Kenapa tidak menggunakan kerikil untuk menggantikan sepuluh jarinya yang telah diangkat. Satu kerikil berarti 10 jari atau 10 domba.  Pelan-pelan tunjukkan kepada anak sampai anak mengerti maksudnya.

Nah karena 10 jarinya telah diganti dengan satu kerikil, maka Murad dapat menghitung lagi dombanya mulai dari satu lagi.  Sekarang dombanya telah habis dan jari yang terangkat ada 5 N.

Berarti ada satu kerikil dan lima jari. Satu kerikil sama dengan 10 domba, berarti dombanya ada 15.

Tunjukkan gambar domba dengan jumlah 23 (missal).  Lakukan lagi menghitung dengan jari, menggantinya dengan kerikil, dan akhirnya menyebutkan jumlah keseluruhan. Jumlahnya ada 2 kerikil dan tiga jari.  Karena satu kerikil menggantikan sepuluh jari, berarti kalau dua kerikil ada berapa domba?  Coba ganti bahasanya jika siswa belum menangkap yang dimaksud.

 

Untuk proses selanjutnya melibatkan siswa untuk menghitung.  Namun sekarang menggunakan wayang domba.  Wayang domba  di dalam kotak sejumlah 24.  Bagikan masing-masing lima kerikil kepada setiap anak.  Mintalah anak untuk menghitung domba yang ada dalam kotak.  Guru mengambil satu per satu domba dan memindahkannya ke dalam kotak lain yang kosong.  Siswa mengangkat jarinya satu per satu sesuai dengan jumlah domba yang dipindahkan.  Ketika mencapai sepuluh, tanyakan kepada anak, apa yang harus dilakukan? Menggantikannya dengan kerikil. Terus sampai berakhir di jari keempat.  Tanyakan ada berapa kerikil? Ada berapa jari.  Jadi jumlahnya ada berapa. Coba dengan jumlah yang lain 17, 21, 19, 28, dsb.

Unjuk Karya

Ajaklah anak untuk menjadi Murad. Berikan lima kerikil kepada setiap anak, dan 10 sedotan (bisa ditugaskan agar anak membawanya).  Sedotan sebagai ganti jari.  Anak duduk per kelompok. Bagikan 5 gambar domba dengan variasi jumlah antara 21 – 51 pada setiap kelompok.

Buka gambar nomor 1.

Coba hitung dengan menggunakan sedotan (pengganti jari) dan kerikil.  Lakukan seperti yang dilakukan Murad.  Berkelilinglah untuk melihat perkembangan kemampuan siswa.

Sekarang sebutkan berapa jumlahnya.  Anak belum diminta menuliskan jumlah.

Buka gambar nomor 2. Dst.

Anak melakukannya secara individu, namun di dalam kelompok.  Dan gambar hanya satu per kelompok.

Untuk memudahkan anak mengitung, bisa saja salah satu anak secara bergantian menjuki gambarnya sedang teman yang lain menghitung dengan sedotan dan kerikil.

 

Setelah dari praktek semua anak bisa.  Bagikan LKS.

 

Minta anak untuk berkumpul.  Bisa dengan duduk lesehan.  Guru bercerita tentang Murad yang memiliki gembalaan yaitu domba.  Pada jaman dahulu belum ada angka, orang hanya menghitung sampai dua atau tiga.

Murad memiliki banyak domba.  Bagaimana cara menghitungnya ya?

Perlihatkan gambar domba sejumlah 15.  Ini anak-anak dombanya ada yang bisa menghitung berapa jumlah domba yang Murad miliki? Beri waktu bagi anak untuk menjawabnya.

 

Pada jaman Murad ini, ia belum belajar cara menghitung.  Tapi kalau tidak dihitung, ia tidak tahu apakah domba yang digembalakannya kembali ke kandang dengan jumlah yang lengkap.  Tidak ada yang hilang.

 

Murad punya akal.  Ia menggunakan jarinya.

Satu jari untuk satu domba.  Dia hitung dengan menggunakan jarinya. JABN Tunjukkan kepada anak dengan mempraktekkannya.  Sudah semua jari terangkat  NN Murad bingung gak ada jari lagi yang akan mewakili dombanya, padahal dombanya masih ada.

Aha! Kenapa tidak menggunakan kerikil untuk menggantikan sepuluh jarinya yang telah diangkat. Satu kerikil berarti 10 jari atau 10 domba.  Pelan-pelan tunjukkan kepada anak sampai anak mengerti maksudnya.

Nah karena 10 jarinya telah diganti dengan satu kerikil, maka Murad dapat menghitung lagi dombanya mulai dari satu lagi.  Sekarang dombanya telah habis dan jari yang terangkat ada 5 N.

Berarti ada satu kerikil dan lima jari. Satu kerikil sama dengan 10 domba, berarti dombanya ada 15.

Tunjukkan gambar domba dengan jumlah 23 (missal).  Lakukan lagi menghitung dengan jari, menggantinya dengan kerikil, dan akhirnya menyebutkan jumlah keseluruhan. Jumlahnya ada 2 kerikil dan tiga jari.  Karena satu kerikil menggantikan sepuluh jari, berarti kalau dua kerikil ada berapa domba?  Coba ganti bahasanya jika siswa belum menangkap yang dimaksud.

 

Untuk proses selanjutnya melibatkan siswa untuk menghitung.  Namun sekarang menggunakan wayang domba.  Wayang domba  di dalam kotak sejumlah 24.  Bagikan masing-masing lima kerikil kepada setiap anak.  Mintalah anak untuk menghitung domba yang ada dalam kotak.  Guru mengambil satu per satu domba dan memindahkannya ke dalam kotak lain yang kosong.  Siswa mengangkat jarinya satu per satu sesuai dengan jumlah domba yang dipindahkan.  Ketika mencapai sepuluh, tanyakan kepada anak, apa yang harus dilakukan? Menggantikannya dengan kerikil. Terus sampai berakhir di jari keempat.  Tanyakan ada berapa kerikil? Ada berapa jari.  Jadi jumlahnya ada berapa. Coba dengan jumlah yang lain 17, 21, 19, 28, dsb.

Unjuk Karya

Ajaklah anak untuk menjadi Murad. Berikan lima kerikil kepada setiap anak, dan 10 sedotan (bisa ditugaskan agar anak membawanya).  Sedotan sebagai ganti jari.  Anak duduk per kelompok. Bagikan 5 gambar domba dengan variasi jumlah antara 21 – 51 pada setiap kelompok.

Buka gambar nomor 1.

Coba hitung dengan menggunakan sedotan (pengganti jari) dan kerikil.  Lakukan seperti yang dilakukan Murad.  Berkelilinglah untuk melihat perkembangan kemampuan siswa.

Sekarang sebutkan berapa jumlahnya.  Anak belum diminta menuliskan jumlah.

Buka gambar nomor 2. Dst.

Anak melakukannya secara individu, namun di dalam kelompok.  Dan gambar hanya satu per kelompok.

Untuk memudahkan anak mengitung, bisa saja salah satu anak secara bergantian menjuki gambarnya sedang teman yang lain menghitung dengan sedotan dan kerikil.

 

Setelah dari praktek semua anak bisa.  Bagikan LKS.

Perintah diberikan secara lisan.

Beri waktu 5-10 menit.  Kemudian bahas.

Filed under: SD Kela 1-3, , , , , , , , , , , , , , , , ,

Tips Kedekatan dengan Anak


Beberapa saat yang lalu saya berbicara dengan salah seorang orang tua.  Nampak sang ibu ini kebingungan, dan kemudian mencegat saya. Dia tersenyum, namun raut mukanya kelihatan dalam keadaan prihatin, dengan wajah penuh kerutan di dahi. Bisa tanya sedikit katanya.

Ternyata ibu ini tengah menghadapi anak remaja yang menurutnya sedang menghadapi masalah, namun tidak pernah bercerita padanya.  Anaknya pendiam.  Setiap ditanya punya masalah apa, selalu menjawab tidak tahu. Si ibu ingin tahu bagaimana mengatasi hal ini.  Padahal anaknya sekarang sedang menjelang UN, alias kelas 3.

Ya…. cerita ini seringkali terulang, dengan orang tua yang berbeda memang.  Dibalik kekhawatirannya tentang keadaan anaknya, juga ada keheranan kenapa anak-anak tidak mau terbuka, padahal sudah sering ditanya, kenapa, kenapa, kenapa. Heheh….. saya juga kalau ditanyanya kayak gitu kayanya jawabannya “Aku ga punya …jawabannya,,,!

Kita kadang, lebih tepatnya: sering, ingin memetik hasil, tapi tak sadar bahwa kita belum pernah menanam… Hahah….apa namanya ya….memetik tanpa menanam… 😀

Kita mengharap, bahkan menuntut, anak untuk terbuka pada kita, padahal selama ini kita lebih banyak membuat anak-anak kita untuk terkondisi :”Lebih aman kalau aku tutup mulut!” 😀  Jadilah ‘Siapa menebar angin, dialah yang menuai badai’.

Jadi harus gimana dooong…. Tolooong!

Ya…. pertama-tama kita harus menanam dulu kepercayaan: kepercayaan pada anak, dan jadi orang tua yang bisa dipercaya.

Ini triknya.  Saya memakai urutan menanam kepercayaan ini berdasar pada buku Agar Siapa Saja Melakukan Apa Saja Untuk Anda.

Ajaklah bicara ketika orang lain dalam keadaan bahagia, senang

Harus mulai dari awal.  Misalnya di suasana yang santai, menyenangkan… kita mulai pembicaraan dengan menceritakan masa remaja kita.  Kita bisa mengangkat salah satu kisah nyata kita :D. Cerita aja! Jangan ada tuntutan anak-anak kita akan mengomentarinya.  Yang penting di sini adalah kita mengajak mereka ngobrol pada saat mereka sedang senang, bahagia, gembira.  Jadi sering-seringlah observasi wajah anak ya…. 😀   Ketika terlihat wajahnya berseri, manfaatkan.  Tapi jangan jadi perusak suasana hati anak, dengan banyak nanya.  Anda akan merasakan sendiri suasana hati anak yang sedang gembira jug akan menular pada kita.  Sooo kita sama-sama bahagia

Semakin sering Anda berinteraksi dengan orang lain, maka orang tersebut akan semakin menyukai Anda

Sering-seringlah mengajak anak ngobrol, dan tanpa tuntutan pada mereka untuk mengomentari.  Biarkan berjalan alami.  Di sini yang diutamakan adalah kuantitas, beneran! Semakin sering kita berinteraksi, semakin suka dia pada kita.  Jadi konsisten ya… jangan seingatnya, atau asal ada waktu.  Harus ditekankan pada kita, bahwa mulai sekarang per sering lah komunikasi kita dengan anak. Tapi harus ingat prinsip yang pertama ya…

Bicarakan sesuatu yang sama-sama disukai

Anda tahu, kalau semakin kita memiliki kesamaan dengan seseorang, maka semakin orang itu menyukai kita?  Gunakanlah prinsip ini.  Cari tahu apa kesenangan anak.

Harus mencari tahu? Ya…saya sendiri kadang heran ada orang tua yang tidak tahu kesenangan anaknya.  Tapi ini kejadian.  Jadi jika Anda tidak tahu kesenangan anak, jangan tanya, observasilah.  Karena kalau Anda belum memiliki kedekatan dengan anak, jangan harap anak akan menceritakan apa adanya.  Jadi observasilah.  Kalau mau tanya, cari tahu ke temen dekatnya, karena remaja yang tidak dekat dengan orang tuanya, setidaknya ia akan lebih memilih teman sebayanya sebagai tempat curhat.

Carilah topik pembicaraan tentang hal-hal yang disukai bersama.

Jika tidak ada yang sama, OMG! Ya berarti kita yang berusaha untuk menyukai apa yang disukainya. Bacalah artikel tentang hal yang disukainya. Print dan berikan padanya.  Atau bacalah, sehingga kita punya bahan untuk pembicaraan.  Usahalah lebih banyak dari biasa, ya…. Apalagi kalau anak Anda mau UN.

Buatlah dia nyaman

Siapapun akan betah dengan orang yang membuat nyaman.  Lalu siapa yang betah ngobrol dengan orang yang bertanya dengan nada interogasi?  Heheh….  Coba deh terapkan kepada diri kita, tanyakan pada diri kita.  Mengapa kita bisa curhat pada seseorang tentang masalah kita?  Tentu bukan karena orang itu kita yakini punya solusinya (walau ini bisa jadi salah satu faktornya).  Namun lebih banyak karena kita merasa nyaman menceritakannya kepada orang itu.  Kenapa?

Karena kita tahu, apa yang kita ceritakan takkan disebar luaskan, karena ia tidak pernah mengkritik kita, jadi kita gak akan disalah-salahkan sama dia, kita tidak pernah dipojokkan dengan pertanyaan yang menohok :D.  Iya kan? Iya aja deh…. heheh.  Coba sekarang hal itu, kenyamanan yang kita harapka dari orang lain sediakan untuk anak kita.

Menyesuaikan diri

Ketika kita berinteraksi dengan anak coba sesuaikan gerak tubuh kita, intonasi dan kecepatan bicara kita dengan anak kita.  Agak beda kan cara bicara orang tua dengan anak.  Orang tua biasanya menjaga wibawa dengan mengatur nada dan gaya bicara.  Nah… sekarang hal itu disesuaikan dengan anak.  Ini akan menimbulkan perasaan ‘klik’ di anak.

Biarkan ia membantu Anda

Kadang kita berpikir semakin banyak kita membantu dia, maka dia akan semakin menyukai kita.  namun kenyataan mengatakan lain.  sebaliknya kita akan menyukai orang yang lebih sering kita bantu.  Jadi cobalah kita mengkomunikasikan pada anak, sesuatu yang bisa mereka lakukan untuk kita. Misalnya, kita punya masalah, ad ide gak, atau bisa bantu cari solusinya gak.

Cuma jangan terjebak dengan kebiasaan ortu ya… nak ambilin ini, ambilin itu.. heheh…

Biarkan ia membantu kita, tapi tempatkan ia pada posisi yang terhormat (:D), yaitu jadi konsultan ya… bukan jadi pembantu!

Saya hanyalah manusia biasa

Ini juga penting.  Kadanga untuk menjaga wibawa orang tua selalu menjaga agar terlihat serba sempurna. Seolah-olah kita tidak pernah melakukan kesalahan pada masa lalu.  Orang tidak suka dengan orang yang suka pamer, sok jago.  Kita tunjukkan diri apa adanya, dan sebagai manusia kadang kita juga bertindak konyol juga.  Jadi lakukan sesuatu yang lucu-lucuan dengan anak, ya.. jangan gengsian!

Bersikap selalu positif

Orang senang bersama dengan orang yang positif thinking ya….  sebaliknya, kalau dengan orang yang negatifan ah…tidak betah tentunya.  Jadi positiflah!

Ok, itu dulu celoteh saya hari ini, semoga bermanfaat.

Filed under: Komunikasi, , , , , , , , , , , , , , ,

Cara Meningkatkan Kekuatan Pikiran


Setiap orang sebenarnya memiliki kekuatan pikiran yang hebat, dan ini berarti kita memiliki kemampuan belajar yang hebat pula. Namun seringkali kekurang yakinan diri akan kekuatan pikiran itulah penyebab dari melemahnya potensi pikiran itu sendiri. Ada cara yang efektif untuk meningkatkan kekuatan pikiran dengan mengatasi permasalahan meragukan kemampuan belajar kita.

Pelajari hasil dari latihan ini setiap kali mulai meragukan kemampuan belajar anda yang luar biasa.

  1. Ambil selembar kertas atau buka sebuah file computer.
  2. Tulis beberapa hal yang dipelajari di sekolah yang sekarang Anda masih ingat.
  3. Tulis hal-hal yang dipelajari dalam rangka kegiatan liburan, hobi atau olah raga.
  4. Tulis hal-hal yang sudah dipelajari untuk pekerjaan anda sekarang.
  5. Tulis hal-hal yang sudah dipelajari untuk pekerjaan sebelumnya.
  6. Tulis hal-hal lain yang sudah dipelajari dan tidak berkaitan dengan poin di atas.

Filed under: Potensi, , , ,

Mei 2024
S S R K J S M
 12345
6789101112
13141516171819
20212223242526
2728293031  

Arsip

Masukkan alamat surel Anda untuk berlangganan blog ini dan menerima pemberitahuan tulisan-tulisan baru melalui surel.

Bergabung dengan 590 pelanggan lain

Blog Stats

  • 59.857 hits

Top Rating

Katalog Oriflame

Belajar Bisnis Online Bersama DBC NETWORK

”klub

Share tulisan, dibayar!